Selasa, 15 Februari 2011

FF: Camera Of Love [Adaptasi Komik]

 *poster gak sesuai cast XD*

Tittle: Camera Of Love
Author: GaemRei940818
Cast: Lee Hyukjae and OC


NB: FF ini adaptasi dari komik karangan KOITO Sayo dg judul 'Prince Of Sewing' yg didalamnya berisi 3 cerita, salah satunya Camera Of Love ini. Sebenarnya, kalau bukan karena komik saia ini DISIRAM pake air teh ama adik keponakan saia yang imut-tapi-kampret itu, mungkin saia tak akan menulis FF ini. Oh ya, isinya gak 100% sama mengingat ada yg udah gak bisa kebaca dan saia jg lupa ama ceritanya. YESUNGDAHLAH, POKOKNYA SAIA POST NI FF! NO BASH, KALO GAG SUKA GAG USAH BACA~SYUH~



¤Story Starts¤
"Miyeon-ah, kenalkan, ini pacarku." Kibum memperkenalkan pacarnya pada Jung Miyeon. Miyeon membuang nafas keras. Sudah lama ia memendam perasaannya pada Kibum. Kibum juga sudah mengetahui hal itu, tapi kenapa sekarang dia malah melakukan hal ini? Apa artinya semua itu?

"Miyeon-ah, gwaenchana?"
Miyeon tersentak, tersadar dari lamunannya gara-gara suara Kim Sooyeon, teman sekelasnya sekaligus sahabat baiknya. Saat ini ia sedang berada di kelasnya yang sudah sangat sepi karena ini sudah jam pulang sekolah. "Sooyeon-ah? Museun illya?"
"Harusnya aku yang bertanya begitu." Sooyeon mengambil tempat di depan Miyeon, lalu menumpukan kedua tangannya di atas meja dan bertopang dagu."Kau kenapa? Memikirkan Kibum, ya?"

Yak! Tepat sasaran!
Tebakan Sooyeon memang benar. Saat ini Miyeon memang sedang memikirkan Kibum, namja yang sudah disukainya sejak SMP. "A-aku..."
"Tidak usah mengelak. Aku tahu kau sedang memikirkan Kibum.." ujar Sooyeon dengan pasti, seolah ia bisa membaca pikiran Miyeon,"Jangan lesu begitu, dong. Ini kan bukan pertama kalinya kau di tolak Kibum." sambungnya sambil tertawa.
Miyeon cemberut kesal melihat Sooyeon begitu asyik menertawakannya, sampai nangis pula! Sungguh penghinaan tingkat dewa! "Ya! Di saat seperti ini, harusnya kau memberiku semangat, bukannya mengejek dan menertawaiku begini! Dasar menyebalkan!" gadis itu menggerutu sambil menekuk wajahnya, kesal, namun hal itu malah membuat tawa Sooyeon makin kencang."Aku kan tak sepenuhnya mengejekmu!"
Miyeon manyun makin hebat mendengarnya,"Aku baru tahu kalau kau semenyebalkan ini!"


"Ya! Jangan sinis begitu, dong. Aku kan cuma mencoba memberimu dukungan, berdasarkan fakta!" lanjut Sooyeon, masih dalam rangka memberikan pembelaan, sambil sedikit-sedikit menahan tawanya agar tak meledak untuk kedua kalinya.

Miyeon melirik Sooyeon, lalu membuang nafas keras."Dia mengenalkan pacarnya padaku, itu berarti.. aku disuruh menyerah, ya?"
Sooyeon mengetuk dagu dengan jari telunjuknya, berpikir."Entahlah. Bisa jadi begitu. Bagaimana menurutmu, Hyukjae-ya?"
"Hyukjae?" tanya Miyeon dengan wajah bingung sebingung-bingungnya orang bingung. Sooyeon balas menatap Miyeon dengan tatapan tak kalah bingung."Kau ini bagaimana, sih? Hyukjae sedari tadi berada di ruangan ini, tahu! Bagaimana bisa kau tak menyadarinya?"

"Itu karena dia sibuk memikirkan pangeran khayalannya.." Lee Hyukjae, yang sedari tadi duduk di belakang Miyeon, mulai angkat bicara, sambil menyalakan kamera digitalnya dan mencari-cari objek yang bagus untuk difoto. Miyeon menoleh menghadap Hyukjae, hendak mengatakan sesuatu. Tapi...

JEPREEETTT...
"Ya! Jangan seenaknya memotret orang, dong!" protes Miyeon saat ia tahu kalau Hyukjae memotretnya.
Hyukjae tertawa kecil."Gwaenchana, untuk kenang-kenangan penolakan! Hahaha.."
"Eh, sesekali foto aku dong.." Sooyeon berkata polos, sementara Miyeon ngomel-ngomel panjang pendek. Hah~ apakah tak ada yang bisa menghiburnya sekarang? Kehadiran Sooyeon dan Hyukjae dirasanya tak membawa pengaruh positif, justru makin membuatnya stress, karena sejak tadi dua makhluk sableng ini hanya bercanda ria tanpa memberikan saran dan pencerahan yang berarti.

"Tak usah dipikirkan, Miyeon-ah. Toh laki-laki di dunia ini bukan cuma dia, kan?" Hyukjae mengusap kepala Miyeon, lalu berjalan keluar dari ruang kelas itu."Sudah, ya? Aku mau pulang.."

Miyeon melongo.co.kr melihat sikap Hyukjae."Tadinya, kupikir dia akan menertawakan aku.."
"Jangan berprasangka buruk. Biarpun kelihatannya begitu, dia itu peduli padamu.." Sooyeon membela sepupunya itu, karena ia tahu, Hyukjae memendam perasaan khusus pada Miyeon.


Sudah sejak lama Sooyeon tahu tentang hal itu, tapi, sampai saat ini, kenyataan bahwa Hyukjae menyukai Miyeon masih berstatus RAHASIA. Sooyeon menatap sahabatnya itu, tak lupa ia memberikan seulas senyum penuh arti pada Miyeon,"Aku setuju dengan Hyukjae. Jangan dipikirkan lagi, ya? Oke? Nah, sebaiknya kita pulang sekarang. Aku lapar! Kajja!"
###

Keesokan harinya, sepulang sekolah, di rumah Sooyeon...

"Sooyeon-ah, Hyukjae-ya, aku ingin minta tolong.."
Sooyeon dan Hyukjae yang sedang asyik-asyiknya bermain dengan Ttangkoma, kura-kura kecil peliharaan Jongwoon, kakak laki-laki Sooyeon, langsung mengangkat kepala dengan serempak saat mendengar suara Miyeon."Minta tolong apa?" tanya keduanya hampir bersamaan.

"A-aku.. ingin membuat Kibum menyesal.. karena sudah menolakku..."

"MWOYAAA!?" teriak Sooyeon dan Hyukjae (lagi-lagi) bersamaan. Yaelah, ni sodara kompak banget, sih?
"Kau yakin?" sambung Sooyeon. Miyeon mengangguk pelan,"Sudah tiga tahun aku menyukainya. Dan aku ingin berusaha sampai aku benar-benar menyerah.."

Hyukjae membuka mulutnya, hendak berkomentar. Namun Sooyeon buru-buru menyumpalkan pisang (yang entah darimana asalnya) ke mulut namja imut itu dan menyahut,"Baiklah, aku akan menbantumu, Miyeon-ah."
"Geurae? Jeongmalyo?"
"Ne, tentu saja! Nah, Kibum pernah bilang kalau kau ini tidak feminin, kan? Sekarang, kita mulai dengan mengubah penampilanmu!"

Hyukjae ngedumel gak jelas sambil membuang pisang dari mulutnya. Ia menatap Miyeon. Gadis itu tersenyum ceria. Ah, kalau begini Hyukjae jadi tidak tega mau menghalangi niat gadis itu.
"Ttangkoma, pikiran wanita itu memang susah dimengerti, ya? Kau juga sependapat denganku, kan?" Hyukjae berbicara pada Ttangkoma, lalu tersenyum sambil mengelus cangkang hitam mengkilat milik Ttangkoma.
Ttangkoma menggerakkan kepala dan keempat kalinya, mungkin menjawab pertanyaan Hyukjae dengan bahasa tubuhnya."Ya! Aku tak mengerti bahasa tubuhmu, Ttangkoma!" ucapnya sambil mengembalikan kura-kura kecil itu ke dalam aquarium.

"Hyukjae-ya, kau bicara sendiri, ya?"
Hyukjae menoleh secepat kilat ke sumber suara. Ternyata Sooyeon,"Aku bicara pada Ttangkoma, kok. Ya kan, Ttangkoma?"
Sooyeon memutar bola matanya sambil menghembuskan nafas pendek, lalu mendorong kepala Hyukjae yang mungkin agak korslet itu dengan jari telunjuknya."Michyeo! Mana ada kura-kura bicara? Kau mulai kayak Jongwoon oppa, deh. Suka bicara sendiri sama Ttangkoma!"

Miyeon baru saja keluar dari kamar Sooyeon dengan style barunya. Wajahnya agak ragu."Ya, bagaimana penampilanku? Apa.. bagus?" tanyanya meminta pendapat.
Wajah Sooyeon dan Hyukjae tampak menyiratkan ekspresi tidak setuju. Apalagi Hyukjae, syok-setengah-mati. "Sebelumnya, mianhae. Entah kenapa.. menurut penglihatanku.. Ah, bagaimana menurutmu, Hyukjae-ya?" Sooyeon sepertinya kebingungan menyusun kata-kata itu meminta pendapat Hyukjae.
"TERLALU BERKIBAR-KIBAR!!" Hyukjae berteriak sambil menjitak kepala Sooyeon untuk menyalurkan emosinya, sementara Sooyeon disampingnya hanya meringis sambil mengusap kepalanya yang cenat-cenut tidak karuan akibat jitakan maut Lee Hyukjae. "Tidak cocok! Tunggu sebentar! Kucarikan baju yang lebih cocok!"

Hyukjae menggeledah isi lemari Sooyeon, mencari baju yang sekiranya cocok dipakai Miyeon. Ia mengeluarkan beberapa baju, lalu melihatnya satu per satu."Coba yang ini!"
Miyeon yang sedari tadi melongo tidak percaya melihat Hyukjae memilih-milih baju layaknya ibu-ibu di tempat obralan itu menerima baju itu, masih lengkap dengan ekspresi melongonya.

Beberapa menit kemudian..
"Eo-eottokhe?"
Sooyeon ternganga, sementara Hyukjae tersenyum penuh kemenangan."Uwaa. Neomu yeppeo!" Sooyeon mengacungkan kedua jempolnya, lalu menatap Hyukjae dengan tatapan aneh."Kau ini cowok tulen, kan?"
"Tentu saja! Aku ini cowok tulen, tau!"
"Kalau begitu, waktu beli baju nanti, kau ajak Hyukjae saja, Miyeon-ah!"
Miyeon tertawa,"Oke, aku akan berusaha! HWAITING!"

"YA! JANGAN SEENAKNYA!?"
###

Beberapa hari setelah berusaha (?)

"Sepertinya usahamu berhasil, ya? Hanya mengubah penampilan sedikit saja, kesan semua orang padamu jadi berubah.."
Miyeon nyengir lebar. Saat ini ia sedang bersama Hyukjae saja, tidak bersama Sooyeon, karena saat ini Sooyeon sedang kencan dengan namjachingu-nya, Cho Kyuhyun (dasar author sableng XD)
"Hehe.. Ini semua berkat kau dan Sooyeon. Gomawo.."

"Lalu, bagaimana dengan Kibum? Kalau dia tetap tak peduli, ya percuma saja, kan?" ujar Hyukjae sambil menata foto-foto hasil karyanya ke dalam album. Miyeon mengangguk."Aku baru mau bertemu dengannya siang ini. Eh, ini semua hasil karyamu?"
Hyukjae hanya mengangguk. Miyeon menganga takjub melihat foto-foto itu. Warnanya terkesan lembut, seolah mampu meneduhkan siapapun yang melihatnya, dan terkesan... sedikit feminin *author ditendang jewels ke Korsel XD* "Bagus sekali. Kau benar-benar hebat! Kalau aku sih, tidak bisa memotret sebagus ini.."
"Itu karena kau tidak pernah memotret. Semua itu butuh proses. Tidak mungkin bim salabim sekali mencoba langsung bagus." Hyukjae meraih kamera yang duduk manis di atas bufet."Kalau kau mau, coba pakai kamera ini saja, untuk belajar. Kamera ini mudah untuk dipakai pemula sepertimu."
"Yay, gomawo!"

Hyukjae memandangi Miyeon yang sedang asyik mengutak-atik kamera. Di matanya, kini gadis itu tampak seperti orang lain. Memang, gadis itu terlihat lebih cantik. Tapi.. Hyukjae merasa asing melihatnya. "Miyeon-ah, menurutku.-lebih baik kau kembali seperti dulu.."
"Eh?"
"Kau tak perlu berubah.." kata Hyukjae sambil bersiap memotret dengan kameranya."Aku lebih suka..kau tampil apa adanya.." ia berhenti sejenak, memandangi wajah Miyeon yang tampak pada layar kamera digitalnya."Kalau begini..kau terlihat seperti..orang lain..."

JEPREETTT~
"Ah, lagi-lagi aku memotretmu tanpa bilang dulu. Tidak apa-apa, kan? Untuk kenang-kenangan!"
Miyeon cemberut kesal lalu meninju lengan Hyukjae pelan."Aku lihat foto-fotoku yang kau ambil, dong!"
"Tidak boleh!"
"Kok gitu? Wae geureoseyo?"

Hyukjae tertawa kecil mendengar kata-kata Miyeon yang sarat kecewa itu."Lain kali, ya? Nah, aku pulang dulu. Kau mau kencan, kan? Selamat berkencan!"
###

Miyeon berjalan menelusuri trotoar sambil bersenandung pelan. Saat ini ia sedang menuju sebuah cafe. Ia sudah membuat janji malam siang dengan Kibum.
Terdengar bunyi derit pintu saat Miyeon mendorong pintu cafe dan masuk ke dalamnya. Pelayan cafe itu langsung menyambutnya dan mempersilahkan Miyeon untuk memilih akan duduk dimana. Miyeon memilih duduk di meja yang terletak di sudut cafe itu. Ia melirik arloji mungil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ah, ternyata ia datang sepuluh menit lebih cepat.

"Aku lebih suka..kau tampil apa adanya..."

Tiba-tiba saja ia teringat kata-kata Hyukjae tadi. Ia menghembuskan nafas perlahan."Baru kali ini ada yang bilang begitu..." gumamnya perlahan. Ah, dalam foto-foto yang diambil Hyukjae, aku seperti apa, ya?

"Miyeon-ah?"
Miyeon tersentak kaget saat menyadari kalau Kibum saat ini sudah berdiri di depannya. Ia buru-buru menyunggingkan seulas senyum,"Kibum oppa? Duduklah.." ia mempersilahkan pemuda tampan itu duduk.
"Sudah berapa lama kita tak bertemu? Kau banyak berubah. Aku sampai pangling." kata Kibum sambil duduk. Pemuda itu tersenyum lebar,"Kau jadi cantik."

Miyeon menunduk. Wajahnya memanas dan jantungnya berdegup kencaaaaang sekali. B-berhasil? "Kau berlebihan, oppa. Aku hanya mengubah sedikit penampilanku, kok.."
Kibum membuka mulutnya, namun ia tak jadi bicara saat mendengar ponselnya berbunyi."Ah, maaf, ada telepon. Sebentar ya?" Kibum menempelkan ponsel ke telinganya."Yeoboseyo? Jagi-ya, museun illya?.."

'Jagi-ya'? Ah, ternyata pacar Kibum menelpon. Miyeon hanya diam sambil mendengarkan percakapan Kibum dengan pacarnya. Miyeon mendesah berat. Sekarang ini ia merasa sangat bodoh sekali. Harusnya ia tahu, Kibum tak akan pernah memperhatikannya..

-Backsound: Kyuhyun - Hope is a dream that never sleep-
"Miyeon-ah, kenapa melamun? Maaf, ya? Barusan yeojachingu-ku menelpon.."
"A-ah, gwaenchana. Sebentar lagi mau menemuinya, ya?" tanya Miyeon sambil memasang senyum kamuflase. Kibum tersenyum lebar sambil mengangguk,"Ne, aku akan menemaninya belanja. Eh, kau tahu, tidak? Dulu...." Kibum bercerita panjang lebar mengenai yeojachingu-nya; mulai dari pertemuan pertama mereka, bagaimana ia jatuh cinta padanya, dan all-about-his-girlfriend. Wajahnya antusias sekali saat bercerita. Miyeon hanya bisa tersenyum sambil memberikan komentar pada cerita Kibum...
###

"Aku pulang..."
Miyeon masuk ke dalam rumahnya dengan lemas. Ayah dan ibunya khawatir melihat keadaan putri tunggalnya itu, tapi Miyeon tak memperdulikannya. Ia langsung menuju kamarnya, lalu merebahkan diri di atas kasusnya. Tiba-tiba ponselnya berdering pelan. Rupanya sms dari Sooyeon.

Eottokhe? Apa kencanmu berhasil? Gimana reaksi Kibum?

Miyeon terdiam, lalu tersenyum tipis."Gagal.. Dia memang memujiku cantik, tapi.. tetap saja dia tak peduli.." ujarnya dengan nada tragis."Wajar saja. Sudah tiga tahun aku menyukainya, selama itu dia tak pernah memperhatikanku. Mana mungkin dia akan memperhatikanju hanya karena aku mengubah sedikit penampilanku? Aku bodoh sekali.."
###

Beberapa hari kemudian...
Hyukjae duduk termenung menatap Miyeon. Gadis itu tampak sedikit lebih pendiam. Ya, sejak hari itu, gadis ini jadi pendiam dan sering terlihat melamun. Seperti sekarang ini...

"Ya, kenapa menatapku seperti itu? Ada yang ingin kau katakan?"
Hyukjae tersentak kaget."E-eh? Ehem. Aku berpikir, padahal Kibum tak peduli. Tapi kenapa kau masih berpenampilan seperti itu?"
"Aku sudah terlanjur belanja banyak. Sayang kan kalau tidak dipakai.." Miyeon menatap Hyukjae, lalu tersenyum."Sepertinya hatiku sudah benar-benar mantap. Meski Kibum tak peduli, tapi aku tidak menangis karenanya.."

"Hyukjae-ya, aku khawatir pada Miyeon. Meski kelihatannya kuat, dia itu rapuh. Karena itu, tolong kau temani dia.."

Lagi-lagi Hyukjae menatap gadis itu, ia teringat kata-kata Sooyeon beberapa hari yang lalu. Ia berdehem pelan, lalu menatap Miyeon lekat-lekat,"Miyeon-ah, kau..tidak kehilangan kepercayaan dirimu, kan?"
Miyeon tampak bingung."Eh? Maksudnya?"
"Kau jadi sedikit pendiam setelah hari itu. Kau tidak apa-apa, kan?"
Miyeon tersenyum,"Aku tidak apa-apa, kok. Percayalah.."
"Geurae? Kalau begitu, baguslah.." Hyukjae membuka tasnya, lalu mengambil sesuatu didalamnya,"Nih.."
"Ini.."
"Aku pernah berjanji akan menunjukkan foto-fotomu yang kuambil, kan? Itu semua fotomu.." Hyukjae tersenyum tipis, lalu berjalan keluar."Lihatlah, kau sangat cantik.."

Miyeon meraih album foto itu, lalu membukanya. Ia terkejut saat melihat fotonya yang tampak sangat cantik. "Benarkah? Ini..aku?"
Miyeon terus membuka dan melihat foto-foto lainnya. Ia terharu, tanpa sadar ia menangis. Ternyata Hyukjae begitu memperhatikan dirinya selama ini...
###

Hyukjae berjalan menelusuri jalanan di pusat kota Seoul sambil ditemani kamera digitalnya, tentu saja. Cukup lama ia berputar-putar mencari objek yang bagus untuk dipotret.
Langkahnya terhenti saat melihat kedai di ujung jalan. Terdengar lantunan lagu Super Junior dari sana, plus harum kopi hangat yang begitu nikmat, apalagi di cuaca sedingin ini. Ia memutuskan untuk mampir.

Beberapa menit kemudian ia keluar dengan membawa burger dan kopi hangat. Ia kembali berjalan-jalan. Tujuannya kali ini adalah taman yang terletak tak jauh dari kedai itu. Sesampainya, ia langsung duduk di bangku taman yang kosong.

"Ya, Lee Hyukjae!!"
Hyukjae yang baru saja berniat menyantap burgernya, langsung menghentikan gerakannya dan menoleh ke sumber suara."Miyeon-ah?"
"Dasar aneh! Kenapa malah makan di luar di cuaca sedingin ini?" tanya Miyeon sambil duduk disebelah Hyukjae. Hyukjae tertawa kecil,"Wae geureoseyo? Ah, tumben kau bawa-bawa kamera?"
"Aku ingin mencoba memotret dengan kamera ini. Tapi ternyata aku tak bisa memakainya." Miyeon berhenti sejenak dan tersenyum."Ajari aku, ya?"
"Dengan senang hati!" Hyukjae membalas senyuman Miyeon, lalu mendongak menatap langit."Lihat, langitnya sedang cerah, tak ada awam sedikitpun! Hari yang bagus untuk memotret."


-End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar